Ekonomi Malaysia: Semakin Mendekati Status Pendapatan Tinggi

12 Maret, 2018

Perekonomian Malaysia terus tampil kuat, dengan pertumbuhan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan, yakni sebesar 5,8 persen pada 2017, dan proyeksi pertumbuhan 5,3 persen untuk tahun 2018, menurut IMF. Negara ini sedang menuju pencapaian status pendapatan tinggi. Namun untuk dapat meraih status tersebut, pemerintah harus meningkatkan upaya reformasi untuk mendorong produktivitas dan meningkatkan standar hidup bagi 32 juta warganya.

Fokus Negara berbincang bersama Nada Choueiri, kepala misi IMF untuk Malaysia, untuk membahas beberapa rekomendasi utama ini, serta temuan umum laporan tersebut.

Fokus Negara IMF: IMF baru saja menyelesaikan penilaian tahunannya atas ekonomi Malaysia. Bagaimana keadaan ekonomi negara ini?

Perekonomian Malaysia menunjukkan ketahanan dan berkinerja kuat. Pertumbuhan berjalan di atas potensi, didorong oleh permintaan global yang kuat untuk barang elektronik dan persyaratan perdagangan yang lebih baik untuk komoditas, seperti minyak dan gas. Di dalam negeri, kuatnya kesempatan kerja Malaysia meningkatkan konsumsi swasta, dan investasi juga membantu mendorong pertumbuhan.

 
 
 
 
 
 
 
 

Fokus Negara IMF: Perekonomian Malaysia sedang menuju pencapaian status pendapatan tinggi. Apa saja prioritas yang digariskan dalam Rencana Malaysia ke-11 (1 1th Malaysia Pla n ) pemerintah yang akan membantu negara ini mencapai status tersebut?

11th Malaysia Plan , yang merentang tahun 2016 sampai 2020, merencanakan arah menuju status ekonomi maju dan inklusi yang lebih besar. Meningkatkan produktivitas dan mendorong lebih banyak inovasi merupakan tujuan utama dari rencana tersebut, yang memiliki enam pilar strategis yang menyentuh berbagai isu pembangunan—termasuk kesetaraan, inklusivitas, kelestarian lingkungan, pengembangan modal manusia, dan infrastruktur.

Rencana tersebut juga memberi penekanan yang signifikan pada peningkatan hasil dari pasar tenaga kerja dan menargetkan peningkatan porsi pendapatan bagi tenaga kerja, partisipasi angkatan kerja perempuan, dan penciptaan lapangan kerja bagi tenaga kerja terampil, serta peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Fokus Negara IMF: Seiring utang publik Malaysia yang terus menurun, IMF merekomendasikan agar pemerintah beralih menuju peningkatan pendapatan, ketimbang mencapai tujuannya dengan terus memotong belanja publik. Bagaimana hal ini akan berdampak pada perjalanan dari prioritas utang dan belanja sosial?

Selama tiga tahun terakhir, defisit pemerintah federal berkurang dari 3,4 persen dari PDB pada tahun 2014 menjadi 3 persen dari PDB pada tahun 2017. Hal ini membantu menurunkan utang. Penurunan defisit sebagian besar dicapai melalui pemotongan pengeluaran, walaupun dimulainya penerapan Pajak Barang dan Jasa pada tahun 2015 juga ikut berkontribusi. Ke depannya, saran kami kepada pemerintah adalah untuk menjaga konsolidasi fiskal bertahap, namun seiring dengan itu juga terus meningkatkan pendapatan untuk melindungi belanja sosial dan pembangunan.

Fokus Negara IMF: Rasio utang rumah tangga Malaysia terhadap PDB—yakni 84,6 persen pada tahun 2017—adalah tinggi dibandingkan dengan negara-negara serupa. Mengapa angka ini penting untuk selalu dipantau, dan apa artinya bagi prospek pertumbuhan ekonomi?

Rumah tangga meminjam untuk dapat belanja lebih banyak saat penghasilan mereka belum cukup tinggi, dengan mengantisipasi pendapatan yang akan lebih tinggi nantinya. Ini merupakan hal positif bagi standar hidup rumah tangga dan untuk pertumbuhan ekonomi.

Namun tetap saja, ketika utang rumah tangga meningkat terlalu cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi atau mencapai tingkat yang sangat tinggi, hal tersebut mencerminkan suatu kerentanan, dan dapat berdampak negatif terhadap rumah tangga serta sektor perbankan jika terjadi guncangan ekonomi yang tidak terduga. Namun risiko terkait utang pribadi yang tinggi berkurang jika rumah tangga juga memiliki aset yang cukup besar, seperti halnya yang terjadi di Malaysia. Jadi, utang rumah tangga sendiri bukan merupakan sesuatu yang negatif, namun perlu diawasi dengan saksama.

Fokus Negara IMF: Anda menyebutkan bahwa meningkatkan kebijakan pasar tenaga kerja, seperti mendorong lebih banyak perempuan untuk memasuki lapangan kerja formal, dapat membantu mengamankan prospek pertumbuhan jangka panjang Malaysia. Bagaimana hal ini menguntungkan ekonomi?

Perekonomian selalu diuntungkan saat produksi meningkat. Aktivitas ekonomi meningkat ketika Anda memasukkan lebih banyak input untuk bekerja, terutama lebih banyak tenaga kerja. Dan cara yang penting dan langsung untuk meningkatkan input tenaga kerja adalah dengan mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja. Kami melihat bahwa di Malaysia dalam beberapa tahun terakhir: antara tahun 2010 dan 2016, kesempatan kerja perempuan tumbuh dengan laju tahunan sekitar 4 ½ persen, lebih dari tiga kali lipat kontribusi perempuan terhadap pertumbuhan PDB riil, dibandingkan dengan tahun 2001-08.

Melihat dari sudut pandang lain, jika tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan tidak berubah sejak tahun 2012, PDB riil akan sekitar 1 persen lebih rendah pada tahun 2016 dibandingkan dengan tingkat PDB yang sesungguhnya pada tahun tersebut. Namun, terlepas dari kemajuan ini, partisipasi angkatan kerja perempuan tetap rendah, sedikit di atas 54 persen, baik secara absolut maupun relatif (tingkat partisipasi laki-laki adalah sekitar 80 persen). Dengan demikian lebih banyak lagi yang perlu dilakukan untuk memastikan partisipasi ini terus meningkat dan memberi kontribusi positif bagi perekonomian.